Rabu, 05 Oktober 2016

Ini mengapa Jubing Kristianto Terkenal sebagai Pemain Gitar Klasik, Fingerstyle

Jubing Kristianto

Jubing Kristianto (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 9 April 1966; umur 50 tahun) adalah seorang gitaris fingerstyle Indonesia yang banyak menjelajahi berbagai repertoar. Jubing menggunakan gitar klasik sebagai instrumennya.


Jubing dikenal pandai menghadirkan "suasana" yang ingin disampaikan sebuah lagu melalui gabungan berbagai teknik permainan gitar yang dinamis. Selain itu, gitaris Indonesia ini juga memberikan sumbangan dalam musikalisasi puisi dengan melakukan kolaborasi antara permainan gitar dengan pembacaan puisi, bahkan ia juga berkolaborasi dengan penyair WS Rendra yang membaca puisi serta pelukis Susilowati Natakoesoemah dalam acara "Collaborathree" di Jakarta. Demikian pula kolaborasi permainan gitarnya dengan permainan perkusi tradisional Suryadi dan suara penyanyi tenor Abimanyu tampil memukau penggemar musik yang melihatnya.  Di luar keberaniannya untuk berkolaborasi dengan seniman lainnya, Jubing Kristianto juga sangat memanfaatkan media internet sebagai sarana untuk memperkenalkan musik Indonesia kepada dunia. Ia diakui oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Gitaris Indonesia Pertama yang Menyebarluaskan Komposisi dan Aransemen Gitar Pribadi Secara Gratis di Internet" (2008).  Sebelumnya, pada tahun 2005, ia menerima penghargaan MURI sebagai "Penulis Ensiklopedia Gitar Pertama di Indonesia". Selain mencoba membagikan keberanian untuk mempertunjukkan keindahan permainan gitar akustik tunggal, eksplorasi Jubing dalam aransemen musik untuk lagu anak-anak dan lagu tradisional Indonesia adalah upaya untuk memperkenalkan kekayaan khazanah musik Indonesia ke penggemar gitar akustik di dunia.

Kehidupan Awal
Jubing dibesarkan oleh ayah dan ibu yang mencintai musik. Usia 12 dia sudah tampil bergitar mengiringi teman-teman sekolahnya dalam konser publik. Dua tahun kemudian Jubing belajar gitar klasik pada Suhartono Lukito di Semarang, setelah terpikat permainan gitar tunggal seorang teman. Setahun kemudian dia masuk final Yamaha Festival Gitar Indonesia (YFGI) 1982 untuk bagian bebas atau non klasik.

Sejak itu Jubing kerap mengikuti YFGI-selalu di kategori bebas. Empat gelar juara I (tahun 1987, 1992, 1994, dan 1995) ia raih. Tahun 1984 ia meraih Distinguished Award pada Festival Gitar Yamaha se-Asia Tenggara di Hongkong.

Setamat SMA tahun 1985, Jubing kuliah di jurusan Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Indonesia dan lulus tahun 1992.

Karier
Tahun 1990 - 2000
Tahun 1990, Jubing bekerja di Tabloid Nova sebagai jurnalis. Ketika menjadi wartawan, ia sempat belajar gitar lagi pada Arthur Sahelangi. Tahun 2003, Jubing meninggalkan tablod NOVA demi menjadi gitaris. Jubing kini adalah instruktur/ seminator/ penguji gitar di Yayasan Musik Indonesia (Yamaha) dan Sekolah Musik "Relasi" Jakarta, penulis tetap di majalah edukasi musik "Staccato" dan "Gitar Plus", serta berkonser/rekaman bersama sejumlah grup di dalam dan luar negeri, termasuk bersama Kwartet Punakawan yang dipimpin pianis Jaya Suprana. Selanjutnya>>

This Is The Newest Post


EmoticonEmoticon